Mahasiswa Manajemen Dakwah FUAD IAIN Pontianak Kunjungi Paskas Indonesia
Kubu raya – fuad.iainptk.ac.id, Mahasiswa Peserta PPL Manajemen Dakwah FUAD IAIN Pontianak jalin silaturrahim serta kunjungi Paskas Indonesia pada tahun 2021. Yaitu Gerakan Infaq Beras (GIB) di Kalimantan Barat yang diinisiasi Ustadz Luqmanulhakim yang juga pimpinan sekaligus pengasuh Pondok Modern Munzalan Ashabul Yamin kini sudah menyebar ke berbagai daerah dan mampu menyalurkan 517 ton ke ribuan pondok pesantren setiap bulan.
Saat ini, dengan melibatkan dan digerakkan Pasukan Amal Sholeh (Paskas) GIB sudah berada di 23 provinsi di Indonesia. Paskas sendiri saat ini di bawah naungan bidang amal sholeh ekosistem Masjid Kapal Munzalan yang berada di gang sempit di tengah mayoritas permukiman non Muslim di Kabupaten Kubu Raya, Kalbar.
Al-Ustadz Luqmanul Hakim menceritakan GIB dimulai pada 2012 lalu. Dasar gerakan yakni berfikir bahwa sedekah dalam sgala besar di Pontianak atau bahkan Kalbar pun untuk anak yatim dan penghafal Al- Qur’an belum ada. Dengan hal itu, kami izin dan minta doa pada orangtua asuh agar bisa berbuat banyak dan bermanfaat luas bagi orang sekitar. Orangtuanya sangat setuju dan mendukung. Kemudian ia menghubungi temannya, Al-Ustadz Een untuk bergabung.
Jadi momentum dan agenda pertama dirintis sehingga menjadi besar seperti saat ini yakni Sedekah Akbar. Ada 1.000 anak yatim yang disasar menjadi awal gerakan. Yang mana salah satu gerakan yang ia jalankan tidak terlepas dari pedoman Al Qur’an yakni QS. Muhammad (57), ayat 7: “Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolong mu dan meneguhkan kedudukan mu”.
Agenda pertama pun sukses dijalankan. sehingga pada akhirnya sisa uang dari sedekah Akbar itulah yang akhirnya Ustadz Luqman dan rekan berempat kala itu berkeliling ke pondok pesantren. Layaknya gaya orang-orang berada dan kaya, mereka menanyai apa apa saja yang dibutuhkan di pondok pesantren, mulai dari kebutuhan air mereka buatkan sumur bor.
Pada saat itu masih kekal dalam ingatan Ustadz Lukmanul Hakim bahwa pondok pertama yang didatangi adalah Mu’tasin Billah Purnama di Kota Pontianak dan disanalah ia bertemu dengan Ustadz Yahya. Pondok yang masih berkisar 70- an santri dan dirintis dengan karpet, terpal, di sekelilingnya ditaburi garam agar tak ada ular yang masuk. Pada saat itu Ustadz Yahya berkisah pada Ustadz Luqmanulhakim, kisah dua kakak beradik yang akhirnya menjadi tonggak awal GIB sesungguhnya.
Kisah penggugah dari Ustadz Yahya, bahwa ada dua kakak beradik dengan usia 4,5 tahun dan 6 tahun yang yatim piatu karena ditinggal meninggal orang tua mereka kecelakaan. Hiduplah dengan kakeknya yang non Muslim, dan Ustadz Yahya dapat informasi bahwa dua anak ini mau dijual oleh kakeknya.
Akhirnya H-1 dua anak ini diselamatkan Ustadz Yahya dengan bantuan tetangga yang membantu, dengan kondisi tanpa baju karena memang dari dalam hutan dan upaya penyelamatan. Namun sayangnya adik mereka dengan usia 1,5 tahun telah dijual oleh kakeknya untuk membayar hutang judi dan bayi tersebut dijual dengan harga Rp1,5 juta. Sehingga kakaknya ini mau melanjutkan untuk menjual cucunya kembali si dua kakak beradik ini namun, Alhamdulillah berhasil diselamatkan Ustadz Yahya. Kisah itu yang akhirnya membuat otak Ustadz Luqmanulhakim kontraksi. Merasa banyak masalah tapi mendengar kisah tersebut yang akhirnya membuat ia sering bermain dan bertandang ke pondok Ustadz Yahya.
Kisah dimulai disini, bagaimana ketika main ke pondok langsung ke dapur dan melihat beras untuk anak-anak yatim itu patah-patah, berkutu dan jauh dari kata layak dan berbau apek. Ustadz Yahya menceritakan bahwa santri semakin banyak, tak semua anak-anak ini mampu bahkan sebagian besar gratis dan pihaknya menerima mereka apa adanya.
Kalau membeli beras yang bagus, lauk tak ada. “Saat itu pikiran dan otak saya tak ada mikir macam – macam hanya Bismillah minta doa untuk mencarikan beras untuk santri. Saya meminta Ustadz Yahya yang mengajar di pondok, saya dan teman- temannya mencarikan berasnya. Itulah akhirnya jadi cikal bakal GIB yang semakin luas”, kata dia.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh kepala desa, kepala dusun serta diramaikan oleh warga setempat. Acara diawali dengan penampilan anak-anak TPA Desa Sungai Baru dan ibu-ibu qasidah. Adapun rangkaian lomba Gema Muharram yaitu lomba sambung ayat, tartil tingkat anak, sholawat solo, fashion show, cerdas cermat, kultum anak-anak serta qasidah anak dan dewasa.
Ketua panitia, Asrul menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para warga yang telah ikut menyukseskan acara Gema Muharram. “Saya sangat berterima kasih kepada warga yang telah ikut berpartisipasi dalam acara ini. Semangat para warga sangat luar biasa atas kegiatan ini, baik dari anak-anak maupun ibu-ibu,” ujarnya. “Saya berharap semoga acara ini bisa berkelanjutan tidak hanya sampai sini. Ke depannya peserta bertambah ramai dan banyak lomba yang diadakan” sambungnya.
Khairul Asyikin selaku panitia menuturkan, kegiatan ini sangat bagus dan dapat memberikan hal yang positif untuk banyak orang khususnya anak-anak. Ia juga berharap semoga ke depannya minat anak-anak dalam membaca dan menghafal Al-Qur’an semakin bertambah. “Saya berharap untuk tahun yang akan datang kami bisa membuat acara lebih baik lagi yang tentunya nilai keagamaannya lebih tinggi. Semoga untuk ke depannya minat baca anak-anak dalam membaca atau menghafal Al-Qur’an semakin bertambah”, harapan kedepannya.
Sementara pimpinanan Paskas Munzalan, Lukmanulhakim sangat mendukung dan mengapresiasi kegiatan Mahasiswa PPL ini. “Saya sangat mendukung kegiatan yang seperti ini, apalagi banyak anak-anak yang bisa menghafal Qur’an dan bisa mengikuti lomba keagamaan. Saya sangat mengapresiasi para Mahasiswa/i yang telah mengadakan pembagian Paskas Munzalan bersama time Mahasiswa/I IAIN Pontianak,” pangkasnya.
Penulis: Maulana Muhammad
Editor: D. Darmadi