Dekan FUAD IAIN Pontianak Jadi Keynote Speaker Pelatihan Guru BK
Singkawa2ng- fuad.iainptk.ac.id, Dekan Fakultas U@shuluddin, Adab, dan Dakw2ah2 I@AI@N Pontianak Dr. M. Edi Kurnanto, M.Pd mendapat kehormatan menjadi Pembicara dalam kegiatan Pelatihan Peningkatan Kompetensi Gu Bimbingan dan Konse2ling SMA/SMK Kota Singkawang Kalimantan Barat.A@had, 3/10.
Pelatihan yang dihadiri dan dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Barat itu diselenggarakan oleh Pusat Layanan Bimbingan dan Konseling Universitas Tanjungpura. Dalam kesempatan memberikan kata sambutan, Kepala Dinas Pendidikan Kalbar, Drs. Sugeng Hariadi, MM mengharapkan kegiatan ini betul-betul bisa menjadi ajang untuk meningkatkan kualitas layan Guru BK di sekolah. Hal ini beliau kaitkan dengan sangat pentingnya fungsi Guru BK di dalam menopang keberhasilan proses pembelajaran di sekolah. Selain itu beliau juga berharap Guru BK bisa membantu pemerintah, khususnya Pemerintah Kota Singkawang dalam mensukseskan program vaksinansi covid 19, yaitu dengan cara memberikan pemahaman dan motivasi kepada peserta didik dan orangtua agar segera melakukan vaksinasi. Beliau mengatakan bahwa saat ini capaian vaksin di Kota Singkawang baru sekitar tiga puluhan persen.
Dalam kegiatan yang dilaksanakan secara luring dan daring tersebut, Dr. M. Edi Kurnanto, M.Pd, memaparkan materi dengan tajuk: Integrasi Nilai-nilai Agama dalam Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Pentingnya pengintegrasian nilai-nilai agama dalam layana Bk di sekolah ini didasarkan pada situasi saat ini dimana, peserta didik sangat rentan dengan proses infelrisasi nilai akibat globaliasi dan perkembangan teknologi informasi. Proses ini, selain mendatangkan keuntungan di berbagai hal, juga mengancam menurunnya kualitas religiusitas siswa, akibatnya, peserta didik bisa jauh dari kehihidupan beragama.
Menghadapi situasi ini, Guru BK di sekolah harus terpanggil untuk ikut serta mengembalikan siswa dalam kehidupan religious yang sudah menjadi jati diri bangsa Indonesia. Satu-satunya jalan yang bisa ditempuh oleh guru BK yaitu dengan mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam layanan BK di sekolah. Beliau mengatakan: “Selain dari upaya menjaga dan mengembalikan kehidupan beragama peserta didik, layanan BK yyang diintergasikan dengan nilai-nilai agama juga menjadikan layanan bimbingan dan konseling lebih efektif dalam membantyu siswa untuk bisa keluar dari problem yang dihadapinya. Kekuatan ini terbentuk, selain dari kekuatan sentuhan psikologis yang menjadi andalan layanan BK selama ini, juga ditopang oleh kekuatan teologis yg akan menjadi katalisator yang mempercepat peserta didik mengidentifikasi sumber masalahnya, sekaligus mampu menemukan solusi yang bisa ditempuh untuk keluar dari masalahnya tersebut.
Menjawab pertanyaan peserta pelatihan dalam sesi tanya jawab, M. Edi Kurnanto mengemukakan, ada dua model dalam implementasi inegrasi ini, yaitu model murni dan model blended. Pada model murni, konselor bisa menggunakan layanan konseling berlandaskan agama, misalnya Bimbingan dan Konseling Islam, atau bentuk lain seperti Pastoral Counseling. Sedangkan dalam model blended, konselor bisa memadupadankan layanan konseling konvensional dengan nilai-nilai agama. Dalam tataran contoh, M. Edi Kurnanto memeparkan Model Bimbingan dan Konseling Berbasis Surah Al-Fatihah yang selama ini menjadi “trade mark” Doktor Bimbingan dan Konseling dari Universitas Pendidikan Indonesia Bandung ini. Dalam sesi tanya jawab, ternyata banyak peserta yang penasaran dengan model layanan ini, mengingat pembicara mengatakan bahwa model yang dikembangkan dengan riset doktoralnya ini, berkali-kali dipresentasikan di pertemuan ilmiah level nasional bahkan internasional. Bahkan sudah banyak konselor pendidikan di negara jiran Malaysia yang mengambil sertifikat kompetensi konselor untuk bisa menerapkan Model BK Berbasis Surah Al-Fatihah ini. Mengakhiri presentasinya, Dr. M. Edi Kurnanto, M.Pd membuka peluang bagi peserta atau guru BK lain untuk mengikuti pelatihan Model B Berbasis Surah Al-Fatihah.
Editor: Didi Darmadi