Prof. Dr. H. Zaenuddin, MA: Moderasi Beragama, Senjata Ampuh Lawan Ideologi Asing
Pontianak – fuad.iainptk.ac.id, Dalam menghadapi serbuan berbagai ideologi transnasional, Para pimpinan Lembaga Pendidikan Keagamaan Islam hendaknya menjadikan moderasi beragama sebagai penguat nilai-nilai kebangsaan.
Hal ini diungkapkan oleh Prof. Dr. H. Zaenuddin, MA Guru Besar Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah IAIN Pontianak saat menjadi narasumber dalam agenda Focus Group Discussion dengan tema “Moderasi Beragama Bagi Pimpinan Lembaga Pendidikan Agama Islam” yang digelar Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Barat, Jumat, 15/7.
Menurutnya, Indonesia saat ini menghadapi serbuan berbagai ideologi asing yang mengancam keutuhan berbangsa dan bernegara baik dari poros Timur maupun Barat.
“Ideologi dari poros Timur cenderung berbasis agama seperti gerakan Islam transnasional atau gerakan keagamaan baru. Poros ini biasanya mengusung fundamentalisme serta formalisme agama. Sedangkan Poros Barat mengusung ideologi liberalisme, neoliberalisme, dan cenderung mengusung nilai-nilai sekularisme, individualisme, hedonisme, liberalisme, pragmatisme, dan konsumtif”, Ujarnya.
Menurutnya, Indonesia adalah negara yang masyarakatnya sangat religius dan sekaligus majemuk. Meskipun bukan negara berdasar agama tertentu, masyarakat kita sangat lekat dengan kehidupan beragama. Nyaris tidak ada satu pun urusan sehari-hari yang tidak berkaitan dengan agama. Itulah mengapa kemerdekaan beragama juga dijamin oleh konstitusi.
“Nah, tugas kita adalah bagaimana menjaga keseimbangan antara kebebasan beragama itu dengan komitmen kebangsaan untuk menumbuhkan cinta tanah air”, pungkasnya.
Dirinya mengajak para pengasuh Lembaga Pendidikan Keagamaan Islam untuk melakukan rekonstruksi lembaga pendidikan Islam berbasis moderasi beragama dengan cara mengawali pembaharuan pemikiran keagamaan; Menerapkan Nilai-nilai tawassut (moderat), tasamuh (toleransi), tawazun (balance), wathaniyah wa muwathanah (materi kebangsaan); Menampilkan semangat beragama yang inklusif, yaitu beragama yang tidak hanya mengedepankan emosi keagamaan yang fanatik- buta”. Tetapi lebih pada penguatan semangat keagamaan yang inklusif dan pluralis; dan menegakkan nilai kemanusiaan yang menghargai kemajemukan.
Editor: Sri Wahyuni