Profesional Melayani, 4 Alumni BKI FUAD IAIN Pontianak Diperpanjang Kontrak Kerja Konselor Adiksi
Pontianak – fuad.iainptk.ac.id, Tahun 2021 menjadi tahun kedua kerjasama antara Yayasan Rumah Adiksi Indonesia (RAIN) dan Lembaga Pemasyarakatan Kalimantan Barat (LAPAS). Kerjasama yang secara khusus merehabilitasi para Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang diagnosis sebagai pengguna atau pecandu narkoba, tahun ini merehabilitasi 240 WBP dengan 12 orang konselor, 4 (empat) diantaranya adalah alumni Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, Yakni Sulaiman, S.Sos, Bogo Sambogo, S.Sos, M. Faqih Arijal, S.Sos dan Lina Kurniasari, S.Sos.
Dimintai pendapatnya, Dr. Hesty Nurrahmi, M.Pd, Ketua Program Studi BKI mengaku bangga karena alumni BKI terserap kerja sesuai kompetensinya dan profesional dalam melayani WBP. “Saya berbangga, berharap ini bisa memotivasi calon alumni BKI agar semakin pede untuk mengembangkan diri, karena faktanya alumni BKI sangat dibutuhkan masyarakat”, pungkasnya.
Sulaiman salah satu alumni dan konselor adiksi RAIN, ketika dihubungi via telepon menjelaskan, tahun 2021 jumlah WBP yang mendapatkan layanan adiksi tidak sebanyak tahun 2020, karena pengurangan anggaran dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham), yang awalnya 550 WBP menjadi 240 WBP, begitu juga tenaga konselor adiksi yang awalnya 25 orang, tahun ini hanya 12 orang. “Alhamdulillah alumni BKI tetap dipertahankan karena dinilai professional dalam mengkonseling WBP”, lanjutnya.
Hal senada juga diterangkan oleh Bogo Sambogo (09/3), “WBP yang ikut tahun ini adalah WBP yang sudah melalui periode satu namun ada juga yang baru mulai mengikuti program. Dalam proses konseling kami menggunakan pendekatan cognitive behavioral therapy (CBT) dan motivasi dalam proses wawancara atau sesi dialog untuk menghilangkan kecemasan diri yang di kemas melalui terapi kelompok dan individu”.
Disinggung kesulitan dalam menangani klien, Sulaiman dan Bogo mengaku tidak terlalu menemukan kesulitan yang berarti, hanya mungkin menumbuhkan kesabaran diri sebagai poin penting menjadi konselor, disamping semangat WBP yang memang sangat kurang dalam mengikuti kegiatan. “Tetapi itu menjadi tantangan kami untuk lebih professional lagi dalam bekerja”, tutupnya.
Penulis: Amalia Irfani
Editor: Didi Darmadi