SAA IAIN Pontianak Kembali Gelar Sosialisasi Harmoni Sejak Dini di SMP-SMA Kristen Abdiwacana
PONTIANAK – fuad.iainptk.ac.id, Setelah sebelumnya menggelar kegiatan di SMA Negeri 3 Pontianak dan SMK Bhineka Tunggal Ika Pontianak, Mahasiswa Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Program Studi Agama-agama IAIN Pontianak kembali menggelar kegiatan sosialisasi “Harmini Sejak Dini” sesi ke-3 Jumat, 11/10 bertempat di Yayasan Pendidikan Kristen-GKE cabang resort Pontianak SMP-SMA Kristen Abdiwacana Jl A. Yani No. 52 F Pontianak
Hadir dalam kegiatan tersebut Ida selaku Kepala SMA Kristen Abdiwacana, serta tiga orang narasumber yakni Halimah dari Agama Islam, Yuliantono dari Agama Budha, serta Wandisius Pandi dari Agama Katholik.
Ida selaku kepala SMA Kristen Abdiwacana mengapresiasi kegiatan yang digelar oleh mahasiswa Prodi SAA IAIN Pontianak bekerjasama dengan SInau Institute ini.
“Tema harmoni sejak dini ini sangat baik bagi pemuda di Indonesia khususnya di Pontianak, karena kegiatan ini sangat positif sekali. Tidak kepada keyakinan kita masing-masing, karena kita lahir dari satu keluarga yang berbeda akidah. Tetapi kita sekarang membicarakan tentang upaya mempersatukan persaudaraan kita, jangan terprovokasi dengan media sosial dengan adanya hoax untuk meruntuhkan persatuan negara Indonesia ” ungkapnya.
ia menuturkan bahwa kata kunci utama dari harmonisasi ini dengan toleransi . Dengan sering menyanyikan lagu kebangsaan serta perbanyak ibadah, sholat maupun berdo’a.
Dalam paparannya, Halimah menyampaikan bahwa salah satu pilar pembentuk kerukunan adalah dengan memulai untuk saling memaafkan.
” Memaafkan dalam perspektif Islam adalah upaya menghapus suatu kesalahan orang lain. Memaafkan disini merupukan suatu akhlak terpuji. Ada hadist nabi yang berbunyi “sebaik-baik orang yang memaafkan itu adalah akhlaq terpuji ” ujarnya.
Lain halnya dengan Yuliantono narasumber dari AGama Budha menyampaikan bahwa perbedaan itu dapat dianalogikan dengan jari-jari tangan pada tiap-tiap individu.
“Di dalam setiap individual kita ada perbedaan, contohnya seperti jari tangan, dengan perbedaan disini mempunyai tugas masing-masing. Bagaimana jika tangan kita sama panjang, sama lebar apa yang terjadi? Analoginya seperti itu.” ungkapnya.
Narasumber terakhir yakni Wandisius Pandi mengungkapkan bahwa harmoni itu adalah kerukunan umat beragama, terhindar dari segala konflik beragama. Setiap agama mempunyai kaitan, aturannya masing-masing. Tetapi hanya satu agama mengajarkan kebaikan.
“Tidak penting apa agama dan sukumu, ketika kita bisa melakukan kebaikan kepada orang lain, orang lain tidak akan bertanya agama atau sukumu”. pesan pria yang juga merupakan ketua GMNI Kota Pontianak.
Kegiatan ini diikuti sebanyak 16 siswa dan diakhiri dengan serangkaian games.
Editor: Didi Darmadi