Faktor Mood dalam Menulis
Oleh: Dr. Yusriadi
Kegiatan Rumah Literasi memasuki pertemuan ke-4, Jumat (4/10). Materi kali ini masih tentang menulis buku harian, lanjutan materi minggu lalu.
Saya masih mendampingi Kelas Harris. Mengganti pembimbing kelas yang sedang menjalani kegiatan pendidikan dasar di luar kota.
Pada awalnya dilakukan evaluasi tulisan minggu lalu. Tulisan minggu lalu hasil pertemuan ke-3 itu sudah saya periksa. Ada yang menarik dan bagus. Membacanya… merasa asyik dan jalan cerita dapat dicerna dan dihayati.
Tentu satu dua ada yang masih kurang. Mulai dari kurang banyak jumlah kata alias pendek, hingga yang kurang jelas alurnya. Tulisannya berliku-liku dan berulang-ulang.
Kemampuan menulis mahasiswa secara umum sudah lumayan. Untuk pemula dengan tiga kali pertemuan kemampuan yang sekarang ditunjukkan sudah memuaskan. Lagi pula semangatnya terlihat menggebu-gebu.
Ketika didrill lagi kemampuan menulisnya, jumlah kata yang berhasil ditulis dua kali lipat yang dicapai minggu lalu.
Tapi masalahnya seperti diakui seorang peserta dia tidak atau belum yakin pada kemampuannya menulis.
“Menulis itu tergantung mood,” katanya.
Jadi jika masih semangat seperti sekarang kemampuan menulisnya berlipat-lipat, tetapi jika tidak, kembali seperti dahulu.
Seorang lagi peserta mengaku hal yang sama soal mood menulis. Dia mengungkapkan dahulu dia suka menulis, lalu seiring waktu semangat itu hilang. Kini setelah menngikuti kegiatan Rumah Literasi semangat itu membara.
“Saya ingin membuat buku, ingin sukses,” katanya.