|

Kala Peserta Rumah Literasi Mendeskripsikan Teman, Apa yang Ditulis?

Oleh: Yusriadi

Pertemuan ke-7 Rumah Literasi, Jumat (26/10) terasa lain. Ada seru-serunya.

Pertemuan seru itu membahas tentang deskripsi. Kami mengajak peserta menulis tentang temannya sendiri.

Di kelas Harris dan Rumi, peserta diarahkan memilih teman di sampingnya. Lalu mereka duduk berhadapan. Tujuannya, agar lebih mudah melihat dan menggali bahan yang mau ditulis.

Dalam waktu 20 menit kegiatan menulis selesai. Siapa yang dapat menulis sampai lebih satu halaman dianggap tuntas. Kurang dari itu, belum tuntas dan harus ditambah.

Hasilnya, beberapa orang menuntaskan penulisan dengan baik. Gambaran tentang pakaian dan fisik teman terlihat jelas dan unik. Mulai dari jerawat hingga bilah-bilah alis dan jenggot. Mulai dari motif hingga merek.

Bahkan saya lihat di antara mereka dapat menulis dua dan lebih halaman. Semuanya berjalan lancar dan relatif cepat.

Ketika ditawarikan kesempatan membaca apa yang ditulis, sejumlah peserta mengangkat tangan. Mereka cukup percaya diri.

Dan saat pembacaan tulisan suasana riuh dan terasa seru. Kawan yang kebetulan dideskripsi senyum dan wajah merona. Malu-malu tapi suka. he he…Baca Juga:  Kata Peserta Terbaik Rumah Literasi: Saya Temukan Jati Diri

Keseruan kelas terasa sampai siang dan malam. Siang sudah ada peserta yang mengirimkan karya deskripsinya. Sesuatu yang baru terlihat pekan ini, dan tidak terjadi pada pekan sebelumnya. Sebelumnya hampir semua “lelet” dalam mengirimkan karyanya.

Bahkan, ada peserta yang tidak mengirim karya pada pertemuan sebelumnya, menjadi salah satu pengirim terawal.

Tentu perkembangan terkini itu membesarkan hati. Setidaknya kenyataan ini memberi harapan mengenai perkembangan pekan ini. Hari ini, rupanya peserta kelas dapat menulis cepat dan dapat pula mengirim dengan cepat.

Kini terpulang bagaimana menjaga semangat yang ada. Plus terus berusaha meningkatkan kemampuan – keterampilan.

Pembimbing memang ditugaskan untuk itu: membangkitkan semangat berkarya. Tetapi peran dan kapasitasnya ada batas. Sesungguhnya, kuncinya ada pada individu itu sendiri.

Toh, mereka itu mahasiswa, sosok dewasa dan intelektual. Mereka pastilah sudah mampu menimbang dan memilih yang baik untuk dirinya.

Sumber: teraju.id

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *