Guru Besar Komunikasi IAIN Pontianak Harap Pemilu Bermartabat Sejalan dengan Cita-cita Demokrasi Pancasila
Pontianak – fuad.iainptk.ac.id, Diantara indikator pemilihan umum yang bermartabat salah satunya adalah pemilihan umum tersebut dilaksanakan dengan mekanisme yang sesuai dengan regulasi yang berlaku. Selain itu pemilu bermartabat hendaknya mampu mengantarkan kepada proses tercapainya tujuan dari pelaksanaan pemilu yakni memilih pemimpin yang baik dan adil sesuai dengan cita-cita demokrasi Pancasila.
Hal ini dikemukakan oleh Prof.Dr.Ibrahim, MA Guru Besar Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Pontianak dalam serial dialog public dengan Tema “Toleransi dan Dan Demokrasi Menuju Pemilu Bermartabat” yang digelar Senin, 9/1 oleh TVRI Kalbar.
Menurutnya, pemilu bermartabat hendaknya dapat dimaksimalkan melalui proses dan hasil pemilu oleh seluruh elemen bangsa.
Menurutnya, pemimpin yang dihasilkan melalui proses pemilu yang sarat dengan money politik akan membawa dampak negative dan memberikan peluang tidak baik bagi proses kepemimpinan yang ada karena dipilih melalui proses yang tidak baik.
“Pendidikan pemilu harus dimulai dari membangun etika dan kesadaran politik di masyarakat dalam mengikuti proses pemilu, sehingga diharapkan mampu melahirkan pemilu yang bermartabat di masa mendatang” ujarnya.
Menanggapi pernyataan bahwa pemilu di masa-masa yang lalu lebih baik dibandingkan era reformasi, Ia menegaskan bahwa arus politik hari ini sangat kompleks, melibatkan berbagai unsur sehingga kontrol politik tidak lagi semudah di masa lalu. Oleh karenanya kemampuan untuk merajut berbagai simpul politik tersebut penting dilakukan sehingga tercipta suasana politik yang akur dan harmoni.
Ia menegaskan bahwa melalui upaya memperkuat toleransi dan memperbaiki proses demokrasi diyakini mampu mengurai berbagai problem tersebut, dan terciptanya suasana pemilu yang jurdil dan bermartabat. Dirinya mencontohkan toleransi dalam hal ini dapat dilakukan dengan kemampuan untuk memahami berbagai perbedaan pandangan politik, saling menghargai, dan pada akhirnya mampu hidup berdampingan dan bergandengan tangan dalam berbagai perbedaan pandangan dan pendapat sebagaimana filosofi bhineka tunggal ika. Inilah menurutnya upaya-upaya strategis yang harus dilakukan dalam membangun bangsa ini dengan kekayaan pikiran dan apapun perbedaan pandangan politiknya.
Dalam perspektif keagamaan, membangun kehidupan politik dan toleransi perlu menempatkan dengan baik hal-hal yang bersiat ekslusif dalam konteks komunikasi internal agama. Akan tetapi dalam konteks hubungan antar agama kita perlu membangun narasi-narasi inklusif dimana berbagai pandangan kebenaran mesti dihargai dan diapresiasi.
“Perkuat toleransi karena dengan keragaman dapat menjadi kekuatan sosial dalam upaya membangun bangsa ini.”
Dalam memaknai demokrasi tidak semata-mata difahami sebagai kebebasan yang tanpa batas. Kebebasan dalam demokrasi mesti diikat dengan aturan dan etika yang berlaku yakni nilai-nilai Pancasila sebagai landasan demokrasi bangsa ini.
Editor; Didi Darmadi