Seminggu Menulis Diary, Ini Ungkapan Peserta Rumah Literasi
PONTIANAK – fuad.iainptk.ac.id, Program bimbingan Rumah Literasi fokus pada evaluasi hasil penulisan Diary para peserta. Masing-masing menceritakan tentang pengalaman menulis Diary setiap hari tanpa jeda. Berbagai ungkapan disampaikan oleh para peserta, mulai dari kesulitan hingga kemudahan yang dialami. Jumat, 4/10.
Panitia mencoba menginventarisir ungkapan-ungkapan tersebut, sebagai bahan evaluasi ke depan.
Nora Noritasari, seorang peserta yang sejak awal kegiatan sudah sangat antusias dalam mengikuti program ini mengungkapkan bahwa ia merasa lega, setelah mengungkapkan perasaannya di buku Diary:
“Lega setelah bercerita. Karena ketika kita bercerita, setidaknya beban kita sedikit berkurang”, kata Nora Norita.
Pernyataan Nora juga diaminkan oleh Putri Yani, peserta yang pada pertemuan pertama berhasil meraih hadiah sebagai penulis terbaik tentang diri:
“Punya teman untuk bercerita. Karena, terkadang kita sulit untuk menceritakan pengalaman, perasaan atau keadaan kita pada orang lain. Melalui Diari, kita bisa mengungkapkan perasaan kita. Selain itu, Diari tidak akan bercerita lagi pada orang lain yang tidak kita inginkan”, ungkap Putri Yani.
Menulis Diary, ternyata juga dapat menambah semangat menulis, sebagaimana diungkapkan oleh Sarina Lestari:
“Menulis Diari dapat menambah minat menulis. Sebenarnya Saya oranya agak malas untuk menulis. Karena ada pembelajaran menulis, seperti menulis Diari, Saya jadi suka menulis walaupun tulisannya jelek”.
Senanda dengan Sarina Lestari, Supatmi yang juga tertarik menulis karena adanya tugas menulis Diari:
“Sebenarnya Saya sangat berat kalau diminta menulis, karena dalam benak Saya selama ini menulis itu adalah sesuatu yang sulit. Dengan adanya pembelajaran menulis melalui penulisan buku Diari, Saya baru sadar bahwa menulis itu tidaklah sulit”.
Sementara itu, Irvan Wahyudi, yang tertarik menulis karena ungkapan-ungkapan yang sering kali disampaikan oleh para pembimbing, menyatakan bahwa ia sebenarnya menemukan kesulitan dalam menulis Diary, tapi sejauh ini ia selalu berusaha untuk tetap menulis:
“Kesulitan dalam menulis Diari, antara lain: Malas, Suasa kurang mendukung, dan ini pertama kali Saya menulis tentang diri Saya sendiri”, Irvan.
Begitu juga dengan Muhammad Ridho, yang dipertemuan pertama hadir namun di pertemuan kedua absen. Ia mengaku kesulitan, namun selalu berusaha untuk menulis:
“Sulit, tapi tetap berusaha untuk menulis”, Muhammad Ridho.
Sedangkan Muhammad Aris, salah seorang peserta yang cukup aktif mengikuti kegiatan Rumah Literasi, menyampaikan kesulitannya dalam menulis, terutama untuk mengawali dan meletakkan pungtuasi yang tepat:
“Sulit untuk mengawali, penetapan Pungtuasi. Saya berusaha memperbaiki dan terus semangat dalam menulis”, Muhammad Aris.
Berbagai kesulitan yang diungkapkan oleh para peserta, langsung ditanggapi oleh Pembimbing, Elmansyah. Dia memberikan arahan-arahan agar bisa lebih baik lagi., Elmansyah menceritakan tentang pengalamannya dalam menulis, untuk kemudian menjadi pelajaran bagi para peserta.
“Menjadi penulis memang tidaklah mudah, tapi juga tidak sulit, yang penting ada kemauan dan segera memulai, jangan ditunda-tunda ketika ada ide untuk menulis. Terutama yang bersifat narasi pengalaman, atau reportase. Setelah kejadian, segera ditulis, agar tidak lupa. Kalau sudah hitungan hari, maka apa yang kita alami akan menjadi buyar, sulit untuk dituliskan. Itu pengalaman Saya yang sering menulis ketika terjun ke lapangan, baik untuk penelitian atau untuk hal-hal lain yang harus dilaporkan.
Seperti biasa, di akhir kegiatan salah seorang peserta akan menerima hadiah sebuah buku, sebagai penghargaan bagi peserta terbaik. Kali ini peserta yang menerima hadiah adalah Nora Noritasari, dari Program Studi Manajemen Dakwah. Nora merupakan peserta yang sangat aktif sejak awal kegiatan dimulai, 20 September 2019 lalu.
Sumber: teraju.id