Seminar Nasional Integrasi Agama dan Spiritualitas dalam Layanan Konseling Multikultural
Pontianak, (fuad.iainptk.ac.id) – Seminar nasional dengan tema “Integrating Religious and Spirituality in Multicultural Counseling Services” sukses diselenggarakan di Pontianak, menarik perhatian banyak kalangan dari dunia akademik, praktisi, hingga mahasiswa. Seminar ini menghadirkan narasumber utama, Prof. Dr. Muhammad Edi Kurnanto, M.Pd, seorang pakar dalam bidang konseling berbasis agama.
Prof. Edi dalam paparan materinya mengungkapkan bahwa integrasi agama dan spiritualitas dalam layanan konseling sangat penting, terutama di tengah masyarakat yang memiliki keberagaman budaya, suku, dan agama. Menurutnya, agama dan spiritualitas memiliki peran yang sangat penting dalam membantu individu mengatasi tantangan kehidupan, menemukan kedamaian batin, dan menghadapai ketidakpastian hidup. Ia juga menekankan bahwa praktik keagamaan yang kuat dapat meningkatkan kesehatan mental, membantu proses pemulihan dari trauma, dan memperkuat kemampuan individu dalam menghadapi krisis.
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Edi juga merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu yang menunjukkan bagaimana agama dan spiritualitas berhubungan erat dengan kesehatan mental dan fisik. Penelitian dari Koenig (2018) menegaskan bahwa agama dapat berperan dalam pemulihan trauma, sementara Miller (2003) menambahkan bahwa agama membantu seseorang dalam mencapai perubahan positif, pengembangan diri, serta kontribusi bagi masyarakat.
Salah satu hal yang dibahas dalam seminar adalah pentingnya pengakuan terhadap keberagaman keyakinan dalam praktik konseling. Konselor diharapkan bisa mengintegrasikan nilai-nilai dan kepercayaan agama-klien ke dalam proses bimbingan mereka. Prof. Edi menjelaskan bahwa pendekatan ini tidak hanya membantu klien merasa dihargai, tetapi juga memperkaya proses konseling itu sendiri.
Lebih lanjut, seminar ini juga memperkenalkan berbagai model integrasi agama dalam layanan konseling, seperti konseling berbasis Al-Quran dan pendekatan-pendekatan lain yang berfokus pada transformasi spiritual dan peningkatan hubungan sosial. Model konseling yang dikembangkan oleh Anwar Sutoyo, Uman Suherman, dan Ahmad Waki, misalnya, berfokus pada bagaimana memanfaatkan prinsip-prinsip agama untuk mendukung klien dalam mencapai kehidupan yang lebih utuh dan penuh makna.
Dalam seminar ini juga dibahas langkah-langkah praktis bagi konselor untuk menerapkan pendekatan ini, seperti mempertimbangkan keberagaman keyakinan klien, serta memahami bagaimana faktor agama dapat mempengaruhi persepsi dan nilai-nilai mereka dalam menjalani konseling. Namun, Prof. Edi juga mengingatkan bahwa tantangan terbesar adalah peningkatan kompetensi konselor dalam hal ini, termasuk pelatihan dalam mengintegrasikan agama dan spiritualitas ke dalam praktik konseling yang sudah terstandarisasi.
Seminar ini memberikan wawasan baru bagi para peserta tentang pentingnya memasukkan agama dan spiritualitas dalam layanan konseling, serta mengajak konselor untuk lebih peka terhadap kebutuhan individu yang beragam. Dengan banyaknya peserta yang terlibat aktif dalam diskusi, acara ini diharapkan dapat menjadi titik awal untuk pengembangan layanan konseling yang lebih inklusif dan dapat menjawab kebutuhan masyarakat multikultural.
Penulis : Sri Wahyuni, M.Pd.I
Editor : Imansyah