| | |

Seminar Nasional BKI IAIN Pontianak: Strategi Mengatasi Stereotip Gender dalam Pendidikan Islam Multikultural

Pontianak, (fuad.iainptk.ac.id) – Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) FUAD IAIN Pontianak 2024 kembali menghadirkan diskusi menarik pada sesi panel kedua yang berlangsung secara luring. Salah satu pembicara, Sri Wahyuni, memaparkan materi bertajuk “Mengatasi Stereotip Gender dalam Pendidikan Islam Multikultural: Langkah-Langkah Menuju Kesetaraan.” Dalam paparannya, Sri Wahyuni menyoroti isu kesenjangan gender yang masih menjadi tantangan besar dalam sektor pendidikan, terutama dalam konteks pendidikan Islam.

Sri Wahyuni menjelaskan bahwa meskipun konstitusi Indonesia menjamin hak pendidikan setara bagi seluruh warga negara, praktik di lapangan sering kali menunjukkan adanya bias gender. Contohnya adalah rendahnya partisipasi perempuan di pendidikan tinggi serta stereotip gender yang terwujud dalam kurikulum, bahan ajar, dan praktik pembelajaran. “Stereotip gender kerap diperkuat oleh pandangan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki peran yang berbeda secara hierarkis. Pandangan ini sering kali berujung pada marginalisasi perempuan,” ujarnya.

Sri Wahyuni menekankan bahwa pandangan tersebut bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam yang mengedepankan keadilan, kasih sayang, dan persamaan. Sebagai solusi, ia menawarkan pendekatan pendidikan Islam multikultural yang menekankan keberagaman, toleransi, dan penghormatan terhadap hak-hak individu. Mengutip teori Banks (2016), Sri Wahyuni menjelaskan bahwa pendidikan multikultural mengakui keberagaman budaya, etnis, dan gender sebagai elemen fundamental dalam membentuk pengalaman sosial dan pendidikan.

“Pendidikan Islam multikultural membuka ruang untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang ramah gender, di mana setiap peserta didik, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki kesempatan yang setara untuk berkembang,” ungkapnya. Dalam sesi ini, Sri Wahyuni juga memaparkan langkah-langkah strategis untuk mengatasi stereotip gender dalam pendidikan, termasuk melalui revisi kurikulum yang lebih inklusif, pelatihan guru untuk meningkatkan sensitivitas gender, dan membangun budaya sekolah yang mendukung persamaan hak.

Materi ini disambut antusias oleh para peserta seminar. Salah satu peserta, seorang dosen dari perguruan tinggi lokal, mengatakan bahwa diskusi ini sangat relevan dengan tantangan yang dihadapi dunia pendidikan saat ini. “Pendekatan multikultural memberikan jalan keluar yang tidak hanya Islami, tetapi juga modern dan kontekstual,” komentarnya.

Seminar Nasional BKI IAIN Pontianak ini tidak hanya menjadi forum diskusi akademis, tetapi juga menjadi wadah untuk menemukan solusi nyata terhadap tantangan pendidikan di Indonesia. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam dan pendekatan multikultural, diharapkan pendidikan Islam dapat lebih inklusif dan memberikan manfaat bagi semua pihak.

Similar Posts