Pontianak,(fuad.iainptk.ac.id) – Waktu menjelang sore hari pada bulan ramadhan akan lebih meriah dengan adanya para pedagang takjil yang menjajakan berbagai menu makanan dan minuman untuk berbuka puasa. Mulai dari jajanan tradisional hingga jajanan kekinian dengan aneka bentuk dan warna, Semua tersusun rapi di meja-meja sederhana di pinggir jalan. Kendati demikian, pernahkah kita berpikir bahwa membeli takjil bukan hanya memenuhi kebutuhan berbuka semata, namun ada yang lebih dari itu melainkan bentuk nyata dari kepedulian dalam ekonomi dan kepedulian sosial.
Islam mengajarkan, aktifitas ekonomi tidak sekadar dipandang sebagaimana halnya pertukan barang dan uang. Tapi juga sebagai bagian dari wujud kepedulian sosial dan ibadah terhadap sesama manusia. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْفِقُوْا مِمَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ يَوْمٌ لَّا بَيْعٌ فِيْهِ وَلَا خُلَّةٌ وَّلَا شَفَاعَةٌ ۗوَالْكٰفِرُوْنَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ ٢٥٤
Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari rezeki yang telah Kami anugerahkan kepadamu sebelum datang hari (Kiamat) yang tidak ada (lagi) jual beli padanya (hari itu), tidak ada juga persahabatan yang akrab, dan tidak ada pula syafaat. Orang-orang kafir itulah orang-orang zalim.(QS. Al- Baqarah:254)
مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ ٢٦١
Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui.(QS. Al- Baqarah:261)
Dari dua Ayat ini menekankan perlunya berbagi rezeki baik berupa zakat maupun sedekah. Yang merupakan suatu bentuk pasti terhadap kepedulian sosial.(Ash-Shiddieqy, 2000, p. 423). Zakat menentukan adanya distribusi kekayaan yang adil supaya harta tidak berputar pada kalangan tertentu, melaikan pada yang membutuhkan. Sementara sedekah memiliki cakupan yang amat lebih luas, tidak sekedar pada harta, tetapi juga bisa ilmu, tenaga, bahkan secerca senyuman yang tulus. Dengan berbagi, seseorang tidak hanya meraih pahala semata, melaikan juga memperkuat kepedulian sosial dan membangun empati dalam bermasyarakat.
Prinsip berbagi inilah yang dapat kita wujudkan dalam praktek kehidupan sehari-hari, termasuk saat membeli takjil untuk berbuka puasa. Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menjadi momen refleksi sosial. Dengan kesadaran dalam memilih di mana kita bertransaksi, kita dapat menjadikan pembelian takjil sebagai sarana untuk berbagi dan menebarkan manfaat bagi sesama.
Mari kita jadikan Ramadan sebagai bulan penuh keberkahan, bukan hanya membahagiakan diri sendiri, tetapi juga bagi mereka yang tengah berjuang mengais rezeki. Karena pada akhirnya, keberkahan dalam berbuka puasa tidak hanya terletak pada makanan yang kita santap, tetapi juga dalam kebahagiaan yang kita sebarkan kepada sesama.
Penulis : Ahmad Fauzi Rizki (IAT. Semester 6)
Editor : acip doang