Pendekatan Bible dalam Studi Quran, Mungkinkah?
Oleh: Ach Tijani
Dosen Studi Agama-agama FUAD IAIN Pontianak
Studi Quran dalam perdebatan teks (within the text) sama menariknya dengan kajian sosio-historis teks (context of the text). Menyejarah dari Barat sampai timur, dari klasik hingga modern. Bahkan terkadang memperlihatkan “konflik” yang saling berhadap-hadapan antar pecinta studi Qur’an.
Diantara perdebatan yang mengemuka mengenai studi Qur’an diawali dengan interpretasi Qur’an berdasar pada referensi detail biografi Muhammad SAW. Selama beberapa priode metode tersebut menjadi metode yang tak terelakkan (sine qua non) yang digunakan oleh para pengkaji Qur’an.
Betapa sangat familiar sekali di tengah umat muslim dan para pengkaji Qur’an mengenai kategorisasi ayat Makiyah dan Madaniyah yang merujuk pada biografi kehidupan Rasul. Namun pilihan tersebut juga kurang adil ketika hanya menyertakan sebagian saja dari kehidupan Rasul dan menepis bagian penting lainnya dari kehidupan Rasul.
Tafsir-tafsir yang menyebar hanya menghubungkan pada segmen kehidupan Rasul pasca penerimaan wahyu secara historis. Sementara ketika Rasul Muhammad pra turunnya wahyu kurang diminati. Misalnya kedekatan Rasul dengan Buhaira yang mengusai kajian Bibel tidak terlu diminati untuk disertakan sebagai rujukan untuk membaca makna Qur’an.
Pada segmentasi kehidupan sebelum pewahyuan tersebut adalah hal penting dalam membentuk sikap dan pemikiran Nabi. Sehingga pada tahap berikutnya, sikap dan kehidupan Nabi justru menjadi rujukan untuk mengungkap makna Al-Qur’an oleh parah mufassir. Karena itu, penafsiran berbasis pada kehidupan Nabi sejatinya sangat berpeluang terjadi distorsi.
Untuk sekedar menempatkan kembali dan melengkapi sisa unsur yang ditinggalkan tersebut pendekatan Bibel (Biblical Approach to The Qur’anic Studies) dirasa penting. Mungkinkah?.