Menyuburkan Semangat Cinta Negeri

Banyak cara yang bisa kita lakukan sebagai generasi bangsa untuk membuktikan rasa cinta,  dan bangga bertanah air Indonesia. Diksi mencintai misalnya kepada seseorang perlu pembuktian, harus melalui tantangan, cabaran, bahkan derai air mata yang menusuk kalbu,  baru cinta dapat disebut tulus ikhlash. Meminjam kata pujangga dengan sebutan cinta sejati. Begitu pula sebagai bagian masyarakat dan rakyat ibu Pertiwi, harus ada bukti sebagai nilai kesungguhan. Persoalannya terletak pada mau atau tidak kita berbuat, berkarya dan terus berusaha sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Jika ada yang berkata banyak jalan menuju Roma, maka begitulah seharusnya generasi bangsa republik ini berpikir dan bertindak untuk menjaga NKRI agar tetap tangguh dan jaya dengan sungguh-sungguh.

Kesungguhan dapat diartikan motivasi yang tumbuh subur dalam diri individu sebab telah memiliki pikiran dan tekad untuk berbuat dan terus berjuang dan tidak ingin berputus asa. Kesungguhan (conscientiousness) merupakan kecenderungan seseorang untuk dapat diandalkan, terorganisir, menyeluruh dan bertanggung jawab (Ivancevic & Matteson, 2008). Kesungguhan sikap lahir karena individu telah tersugesti menjadi baik, berpikir positif, terus belajar mengejar ketertinggalan.

Ahli hikmah berujar, “Jadikanlah kesungguhan sebagai buah kesehatanmu, jadikanlah pekerjaan sebagai pengisi kekosonganmu. Karena tidak seluruh waktu akan datang kepadamu, dan apa yang telah terlewati tidak akan dapat dikejar kembali.”

Nasehat diatas bagian dari nikmat Allah berupa waktu, kesempatan dan kesehatan yang tidak akan terulang. Untuk itu penting bagi generasi bangsa ini selalu diberi suntikan semangat agar tidak lena dalam buaian dunia maya yang lebih tampak nyata dibandingkan dengan kehidupan sosial mereka. Generasi ini harus terus di disiram jiwa dan pikirannya dengan muatan ilmu agama agar tidak salah langkah, tidak putus asa tanpa pijakan.

Menyemangati Generasi Untuk Indonesia Maju

Persoalan degradasi moral bangsa di new media tidak bisa dipandang sederhana. Kepedulian berbagai pihak pada nasib generasi ini ke muka adalah wujud kepedulian, kecintaan, nasionalisme sebagai usaha mempertahankan Indonesia agar tetap berdaulat. Jika kita melihat fenomena sosial yang sedang berkembang dan menjadi keprihatinan banyak pihak adalah tentang kehidupan generasi Z mendatang yang diprediksi kalangan praktisi lintas ilmu “suram” jika tidak sesegera mungkin ditangani. Mereka cenderung anti sosial dan memiliki kehidupan lain yang dianggap nyata dibandingkan dengan kehidupan nyata itu sendiri karena keseharian mereka berselancar didunia maya. Yang memilukan, banyak diantara mereka menjadi pelaku kejahatan, terjebak dalam aktifitas negatif dan akhirnya membentuk sikap.

Namun ada pula penelitian lain yang menyebut bahwa generasi ini “bisa tangguh”, dimana mereka sejak dini telah terbiasa  menerima perbedaan, mengenal tradisi dan budaya import tanpa mempersoalkan perbedaan yang tampak. Mereka terbuka dengan perubahan, hanya saja perlu mendapat bimbingan, arahan sebagai bentuk kasih sayang.

Dari beberapa poin diatas, dapat disimpulkan bahwa apapun masalah sosial yang tampak dan meresahkan, penanganan  harus melibatkan semua elemen masyarakat, khususnya kebijakan Pemerintah dengan memberikan layanan dan akses sesuai dengan kebutuhan untuk sejahtera khususnya bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan keamanan.

Komponen penting dalam tiap proses kebijakan pun harus melibatkan unsur-unsur terkait yang lebih paham dan menguasai persoalan. Bangsa ini sesungguhnya tidak kekurangan sumber daya manusia berkualitas untuk bisa mengelola sumber daya alam dan kekayaan intelektual bangsa, hanya saja mungkin akses untuk tampil dan berkembang belum sepenuhnya terbuka lebar.

Maka, menjaga dan menyuburkan semangat dan dibuktikan dengan perbuatan ini harus betul-betul dijaga dan dilestarikan antar generasi. Generasi penerus bangsa harus terus disemangati dengan ketauladanan dan disiplin, agar tujuan Indonesia emas 2045 tidak hanya slogan  dan mimpi, tetapi harapan berwujud kenyataan.

Penulis : Dr.Amalia Irfani, M.Si

Dosen FUAD IAIN Pontianak

 

 

 

 

Similar Posts