MENGENAL LANSIA SEBAGAI PENGGERAK DAKWAH DI MASYARAKAT
Pontianak, (fuad.iainptk.ac.id) – Lansia atau lanjut usia merupakan tahap kehidupan seseorang yang telah berada di usia tua. Pada umumnya kata lansia disematkan pada individu yang telah mengalamia proses penuaan secara biologis, psikologis, dan sosial. Berbicara dakwah para ibu lansia, pikiran sebagian masyarakat kemungkinan menggambarkan fenomena para nenek yang selalu duduk manis menjadi jamaah atau mad’u di majelis taklim atau masjid. Artinya ada yang berpikiran bahwa peran lansia dalam kegiatan dakwah hanya sebagai mad’u. Dugaan ini tidak sepenuhnya benar, maka saya ingin menyampaikan fenomena peran hebat para lansia dalam gerakkan dakwah di masyarakat Kalimantan Barat.
Istilah Dakwah yang merupakan isim masdar yang berasal dari fiil mutaaddi memiliki makna seruan atau ajakan yang bersifat dinamis. Seruan yang dimaksud juga memiliki tujuan dan efek yang besar yaitu sebuah perubahan. Artinya seruan atau ajakan dakwah bukan sekedar menginformasikan ajaran islam, tetapi bagaimana seorang da’i/juru dakwah berusaha dengan sungguh sungguh, ulet, kreatif, bahkan merekayasa untuk mempersuasi atau mempengaruhi mad’u agar tergerak pola pikir, perasaan serta tindakannya untuk menjadi yang paling baik di hadapan Allah Swt dengan peran perubahan pada masyarakat.
Fenomena dakwah ibu-ibu di masyarakat Indonesia dari pusat Jakarta sampai ke pelosok Kalimantan Barat, sangat identik dengan dakwah Majelis Taklim. Yang menarik disampaikan di sini yaitu pertama, peran manajerial sekelompok Lansia yang sukses mengelola dakwah majelis Taklim serta pengembangan fungsi masjid bertahan dan eksis sehingga mendekati setengah abad. Kedua peran para ibu lansia yang sukses menggerakkan kelompok masyarakat yang sebelumnya tidak tertarik dengan kajian Islam, kini menjadi aktif terlibat dalam kegiatan dakwah. Ketiga peran ibu lansia yang menggerakkan ibu-ibu muda aktif menjadi pengelola dakwah secara online. Keempat peran ibu-ibu lansia yang aktif dalam organisasi masyarakat, mereka turun ke daerah untuk membentuk kader dakwah untuk bersama peduli terhadap peningkatan kualitas keluarga, perempuan dan anak Indonesia.
Para ibu Lansia yang penulis maksud adalah mereka rata-rata para pensiunan sebagai wanita karier, ada juga ibu rumah tangga yang suaminya sudah purna tugas, atau meninggal dunia. Ibu-ibu yang sudah tidak muda lagi ini selain memang dasarnya diawali keinginan belajar, dan lebih mendalami tentang Islam, juga memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kelompok perempuan sebagai ibu yang memiliki tanggung jawab dalam melahirkan generasi yang berakhlak mulia.
Gerakkan para lansia ini sama sekali tidak ada unsur keuntungan materi. Sebaliknya mereka juga dapat dikatakan dakwah dengan harta atau dakwah bi al mal. Kelihatannya sepele hanya dengan membuka Majelis Taklim untuk menampung kaum ibu belajar Al-Qur’an. Namun saya melihat ini sangat luar biasa. Satu contoh, seorang ibu lansia yang menyediakan rumah pribadinya untuk tempat belajar kaum ibu di sekitarnya. Kemudian beliau bersama anggotanya dari ibu-ibu muda membuat program TADARUS ONLINE untuk kaum ibu yang tidak punya waktu luang untuk belajar offline. Hebatnya para anggota ibu muda ini digerakkan menjadi tenaga ADMINISTRASI yang ditugaskan untuk memonitor, mengecek hingga mencatat setiap waktu dalam satu hari, serta mengingatkan jamaah tadarus online yang sudah terdaftar.
Pengakuan seorang jamaah online, bahwa dengan adanya ADMIN yang mengingatkan dengan menanyakan, maka dirinya menjadi termotifasi sampai akhirnya bisa menyelesaikan tadarusnya yang sudah dijanjikan. Peserta tadarus online ini ternyata bukan hanya di Kota Pontianak, ternyata ada juga yang berada di daerah di Kalimantan Barat. Lebih bagusnya lagi, bukan hanya sekedar mengajak tadarus online, dari awalnya terdaftar jamaah online, selanjutnya ada kegiatan dakwah tabligh setiap satu bulan. Jadi ada pertemuan antara yang offline dengan yang online dalam sebuah kajian tabligh akbar bulanan. Sekarang, kegiatan ini dilaksanakan di berbagai masjid sesuai kelompok majelis taklim penyelenggara di Kota Pontianak.
Penulis: Dr. Cucu Nurjamilah, M.Ag
Dekan FUAD IAIN Pontianak & Penggiat Dakwah Kalimantan Barat