| |

Mahasiswa BKI FUAD, UPI dan UII Bersama Di KPPAD Kalbar Menyisiri Lampu Merah

Pontianak-fuad.iainptk.ac.id, Jum’at (8/10) mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) IAIN Pontianak bersama mahasiswa Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung dan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta turun lapangan menyisiri jalanan ibu kota Kalimantan Barat dan sekitarnya. Beberapa titik lampu merah terdapat satpol PP yang menjaga di kawasan tersebut, sehingga kami kesulitan untuk mencari objek sasaran.

Turun ke lampu merah bukan tidak beralasan, kami mencari anak-anak jalanan yang meminta-minta di lampu merah, mengamen, dan yang berjualan di sekitar lampu merah. Jumlah kami yang Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di Komisi Perlindungan dan Pengawasan Anak Daerah (KPPAD) Provinsi Kalimantan Barat sekitar 8 orang, dan membagi 3 kelompok di titik-titik pencarian. Nasi bungkus terjinjing di tangan kami mencari anak-anak yang biasa berada di lampu merah.

Persimpangan lampu merah pasar Flamboyan, tepatnya di depan bank Kalbar kami bertemu ibu-ibu yang menggunakan baju yang lumayan bagus dan dua orang anak dengan baju yang kumal, serta badan yang tidak terurus. Salah satu anak membawa Ukulele dan satu lagi bermain handphone. Dengan sedikit ragu salah satu dari kami menghampiri ibu tersebut dan berbasa-basi mengenai kehidupannya sehari-hari. Tanpa ragu ibu tersebut menjelaskan bahwa anaknya ikut datang ke pasar untuk mengamen dan mengatakan dimana lokasi para pengemis, dan pengamen yang bertebaran di beberapa titik lampu merah. Setelah mendapatkan info tersebut kami bergegas menuju lokasi untuk survei.

Taman Parit Nanas lokasi peristirahatan kami, kami melihat ada dua orang anak perempuan yang duduk di bawah jembatan. Kami langsung sigap menemui anak tersebut dan bertanya sedikit tentang lokasi yang kami dapatkan dari ibu tersebut. Anak-anak itu langsung menunjuk ke lokasi yang kami tanyakan dan salah satu dari mereka berkata “Biasanya mereka turun sore kak”, ujarnya. Akhirnya jawaban yang kami dapatkan membuat kami berhenti sebentar untuk mencari anak-anak dan dilanjutkan di sore hari.

Sore hari tepat pukul 16.00 WIB pengamen bertebaran di lampu merah Selat Panjang, salah satu dari kami menghampiri ibu-ibu yang mengawasi anak-anaknya dari kejauhan, ibu tersebut mengatakan “Saya tidak munafik, saya dan anak-anak saya ikut mengamen. Kenapa hal ini bisa terjadi? Karena ekonomi yang rendah, dan kurangnya keperdulian pemerintah”, ujarnya. Mendengar pernyataan tersebut membuat kami miris, karena ekonomi yang rendah bisa membuat seseorang melakukan apa saja.

Kami putuskan untuk menyusuri perumahan mereka yang berada dibawah jembatan Tol Landak sembari shalat Maghrib. Kami diarahkan anak-anak disana untuk berwudhu di rumah Bu RT, tidak lupa kami juga berbasa-basi terhadap bu RT. Ibu tersebut mengatakan “Rumah ini bentar lagi mau digusur, soalnya tanah pemerintah. Dulu rumah saya juga pernah digusur yang berlokasi di jalan A”, ujarnya.

Memang miris kehidupan di zaman sekarang, banyak eksploitasi anak karena ekonomi yang rendah. Meskipun yang kami lihat anak-anak tetap bersemangat untuk mengaji dan shalat bersama, namun kehidupan masa kecil mereka seperti dirampas begitu saja, salah satunya hak mereka untuk bersekolah, hingga orangtuanya memaksa untuk mengamen dijalanan dan memberhentikan anak tersebut dari sekolah karena takut dipanggil kembali dari pihak sekolah.

Penulis: Nurjannah
Editor: D. Darmadi

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *