| |

Kajian Tafsir Tematik Lab IAT IAIN Pontianak Angkat Peran al-Qur’an di Tengah Peradaban Modern

PONTIANAK – fuad.iainptk.ac.id, Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir (IAT) Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah IAIN Pontianak gelar Kajian Tafsir Tematik mengambil tema ” Al-Qur’an sebagai Solusi Peradaban Modern dalam Kajian Q.S. Ali Imran: 110″ Jumat, 27/9. bertempat di Lab IAT FUAD IAIN Pontianak.

Kegiatan ini terselenggara atas kerjasama Prodi IAT IAIN Pontianak, yang teknis pelaksanaannya dilakukan melalu program kerjasama pengurus Organisasi FKMTHI (Forum Komunikasi Mahasiswa Tafsir Hadits Indonesia) rayon IAIN, HMPS IAT, dan Pengurus LAB IAT IAIN Pontianak.

Buhori selaku Kaprodi IAT IAIN Pontianak mengungkapkan bahwa kegiatan ini ntuk memberikan pemahaman dan wawasan yang luas kepada mahasiswa tentang al-Qur`an, Prodi IAT juga berkeinginan untuk menjadi garda terdepan dalam kajian-kajian al-Qur’an dan keislaman. Kajian-kajian keislaman di era digital saat ini, hampir didominasi oleh kajian-kajian via media sosial (medsos).

Umat dengan mudahnya mempelajari agama atau bahkan menjelma sebagai ustad dadakan melalui medsos. Medsos betul-betul menjadi cara baru yang terbilang efektif dalam berdakwah. Akan tetapi, dampak negatifnya pasti ada. Kajian-kajian agama melalui medsos cendrung doktriner, bersifat one way (satu arah). Selain itu, orang-orang yang mempelajari agama melalui medosos terkadang tidak lagi bisa memfilter mana yang benar-benar ustadz dan mana yang belum layak dijadikan sebagai sumber rujukan. Bahkan tidak jarang, medsos juga kerap menjadi media penyebaran ajaran yang tidak ramah, isinya marah-marah, dan parahnya lagi tidak jelas mana yang asli dan mana yang bersifat hoak. ” ujarnya.

Oleh sebab itu lanjutnya , prodi IAT memandang sangat perlu dilakukan kajian-kajian al-Qur`an yang disampaikan oleh pakar-pakar yang ahli dalam bidangnya.

“Melalui kajian ini, selain memperoleh tambahan wawasan, mahasiswa juga akan memperoleh sanad keilmuan yang jelas melalui jalur sanad para dosen yang menyampaikan kajian. ‘ pungkasnya.

Dalam paparannya, Baihaqi, MA selaku pemateri kajian menyampaikan bahwa umat Islam di suruh untuk menjadi umat pertengahan.

“Yang di maksud ummatan wasatha adalah rasa yang ada dalam diri yang disebut hati nurani. Allah menyatakan bahwa manusia adalah ummat yang satu. Artinya hati yang condong pada kepatuhan terhadap tuhan yang satu, yaitu Allah SWT. ” ujarnya.

Manusia harus nemikirkan asal penciptaannya. (Q.S. Ath-Thoriq). Manusia itu diciptakan dari nuthfah (mani). Proses manusia dalam Q.S. Mukminun ayat 14. Manusia berasal dari Nuthfah (mani) lalu menjadi alaqoh (segumpal darah) lalu berubah menjadi muthgoh (segumpal daging) lalu menjadi lahmah kemudian menjadi makhluk yg lain (manusia). Lalu Allah menyempurnakan kejadian asal manusia dengan meniupkannya menjadi ruh.

Dan apa yang telah Allah ciptakan adalah lukisan Allah. Ruh tak dapat menolak pada jasad mana ia akan di tiupkan. Maka sebagai sesama manusia kita dilarang untuk saling mengejek, m3nghina, mencaci dan saling merendahkan. Setelah ruh di tiupkan, maka jasad yang awalnya tak bisa apa apa akhirnya bisa melihat, berbicara dan mendengar. Namun Allah menyatakan “sedikit sekali yang bersyukur.”

Manusia sering di katakan dengan konotasi negarif oleh quran. Seperti kata merugi, lemah, pelupa, penuh kesalahan dll. Dan juga manusia yang dikatakan beruntung (Q.S. Al Mukminun ayat 1) adalah mereka yang beriman kepada Allah dengan penuh taqwa dan ikhlas dan merealisasikannya dengan sholat. Kita disuruh keluar dari bet lehem ke baitul muqoddis (rumah yang di sucikan- Baitullah). Bet lehem disebut batang tubuh. Batang tubuh yang di maksud adalah Ruh.

Di akhir paparannya, ia mengungkapkan bahwa peradaban itu itu di mulai dari hati yang baik.

“Caranya yaitu percaya pada Allah, ittiba’ pada Rasulullah SAW. Ittibak Rasul yaitu Siddiq, amanah, tabligh, fatanah.” ujarnya.

Editor: Didi Darmadi

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *